Park Sang Woo, Menteri Perhubungan Korea Selatan menyatakan bahwa dirinya siap untuk mundur dan bertanggung jawab atas insiden pesawat Jeju Air yang telah menewaskan banyak penumpang.
Dilansir dari CNN Indonesia, pada Kamis (9/1/2025) pada konferensi pers hari Selasa (7/1), Park Sang Woo menyatakan bahwa dirinya memikul tanggung jawab yang cukup besar atas insiden fatal tersebut.
Ia juga menegaskan kembali akan mencari waktu yang tepat untuk mengundurkan diri seusai dirinya mengatasi semua situasi.
Pesawat Jeju Air kecelakaan fatal pada Minggu (29/12) setelah melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Muan.
Pesawat Jeju Air yang menabrak beton di sekitar pagar bandara hingga menyebabkan ledakan besar dan menewaskan 179 orang, termasuk empat awak kabin. Hanya dua awak kabin yang selamat dalam insiden ini.
Kementerian Perhubungan menyatakan komitmen untuk meningkatkan keselamatan sistem pendaratan di bandara, yang dianggap para ahli turut berkontribusi pada kecelakaan.
Para pakar menyebut desain beton yang menopang antena localizer terlalu kaku dan letaknya terlalu dekat dengan landasan pacu, sehingga menambah risiko kecelakaan dalam kondisi jarak pandang buruk.
Joo Jong Wan, Wakil Menteri Transportasi untuk Penerbangan Sipil, mengakui bahwa langkah-langkah keselamatan dalam membangun beton tidak memadai, meskipun struktur itu sesuai dengan regulasi domestik dan internasional.
Polisi sedang menyelidiki detail terkait konstruksi tanggul beton tersebut, termasuk kepatuhan dan implementasinya.
Penyelidik menemukan bukti adanya bulu di salah satu mesin pesawat, yang mendukung dugaan terjadinya bird strike sebelum kecelakaan. Namun, para ahli menekankan bahwa bird strike biasanya tidak memengaruhi roda pendaratan.
Penyelidikan belum menjelaskan mengapa roda pendaratan pesawat gagal berfungsi saat pendaratan darurat atau mengapa pilot memutuskan untuk mendarat dengan tergesa-gesa setelah peringatan dari menara pengawas tentang potensi bird strike.