Pramono Jelaskan Alasan Gunakan Helikopter Saat Tinjau Banjir, Akui Dapat Protes

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengungkapkan bahwa dirinya menerima protes dari sejumlah warga saat melakukan pemantauan banjir di Jakarta menggunakan helikopter.

Pramono menjelaskan bahwa penggunaan helikopter bertujuan untuk memperoleh gambaran lebih luas dan akurat mengenai kondisi banjir di berbagai wilayah ibu kota.

Tinjauan udara tersebut dilakukan pada Kamis (6/3/2025) dengan pendampingan dari Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Korpolairud) Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri. Dalam kesempatan itu, Pramono didampingi langsung oleh Kakorpolairud Baharkam Polri, Irjen Mohammad Yassin Kosasih.

Dari hasil pemantauan melalui udara, Pramono mengklaim bahwa kondisi Jakarta mulai kembali normal pasca banjir yang melanda beberapa titik di kota tersebut. Ia menyebut bahwa per Kamis kemarin, ketinggian air di pintu air Manggarai sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 850 cm menjadi 600 cm.

Dilansir dari detiknews, pada Senin (10/03/2025). “Jika dilihat dari atas tadi, aktivitas di Jakarta sudah mulai berjalan normal kembali,” ujar Pramono saat memberikan keterangan di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (6/3/2025).

Meskipun kondisi ibu kota mulai membaik, Pramono menegaskan bahwa jajarannya, khususnya Dinas Sumber Daya Air (SDA), harus segera mengambil langkah konkret dalam menangani dampak banjir dan mencegah terjadinya banjir serupa di masa mendatang.

Salah satu upaya yang direncanakan adalah percepatan pembebasan lahan di sekitar Sungai Ciliwung, yang dinilai dapat membantu meningkatkan efektivitas sistem drainase kota. Untuk itu, Pemprov DKI akan berkoordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) agar proses pembebasan lahan bisa segera terealisasi.

“Saya sudah meminta kepada Kepala Dinas Sumber Daya Air untuk segera menindaklanjuti, terutama terkait pembebasan lahan di sekitar sungai. Jika memang diperlukan koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian ATR/BPN, kami akan segera mengupayakannya,” imbuhnya.

Namun, dalam hasil tinjauan melalui udara, Pramono juga menemukan bahwa kondisi banjir di wilayah Babelan, Bekasi, masih cukup parah. Banyak rumah warga yang masih tergenang air dengan ketinggian yang cukup mengkhawatirkan.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turut mengirimkan bantuan ke wilayah Bekasi untuk membantu warga yang terdampak.

“Di Babelan tadi, hampir seluruh rumah warga masih terendam banjir yang cukup serius. Sejak kemarin, saya sudah memutuskan untuk mengirimkan bantuan kepada masyarakat Bekasi yang membutuhkan,” jelasnya.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap daerah terdampak banjir di luar Jakarta, Pramono mengerahkan personel Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) atau yang biasa disebut pasukan oranye ke Bekasi. Para petugas PPSU dikerahkan untuk membantu warga dalam membersihkan sisa-sisa banjir, seperti lumpur dan sampah yang menumpuk.

“Hari ini, kami telah mengirimkan pasukan PPSU ke Bekasi untuk membantu kerja bakti bersama warga. Mereka akan terlibat dalam proses pembersihan di lapangan,” tambahnya.

Selain mengirimkan tenaga bantuan, Pemprov DKI Jakarta juga menyediakan berbagai fasilitas pendukung lainnya, seperti mobil pemadam kebakaran, toilet darurat, serta truk pengangkut sampah untuk membantu percepatan pemulihan di wilayah terdampak.

Meski langkahnya dalam melakukan pemantauan udara bertujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas terkait kondisi banjir, Pramono mengakui bahwa tindakannya tersebut memicu reaksi dari sejumlah warga. Ia menyebut bahwa ada yang mempertanyakan mengapa dirinya menggunakan helikopter alih-alih langsung turun ke lapangan untuk bertemu warga yang terdampak.

“Saya sudah mengunjungi berbagai titik di Jakarta. Walaupun ada yang protes kenapa saya naik helikopter, tapi pemantauan dari udara ini penting untuk melihat secara langsung area mana saja yang masih berpotensi mengalami penyumbatan dan genangan air,” terang Pramono kepada awak media di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (7/3/2025).

Lebih lanjut, Pramono menjelaskan bahwa melalui pemantauan udara, ia juga bisa melihat secara lebih luas wilayah-wilayah di sekitar Jakarta yang masih terendam banjir, termasuk Bekasi. Menurutnya, salah satu kendala utama dalam penanganan banjir di Bekasi adalah minimnya pompa air yang dapat mempercepat proses penyedotan air.

“Saya sudah melihat kondisi secara keseluruhan, termasuk hingga ke Bekasi. Permasalahannya di sana, airnya tidak bisa dikeluarkan karena kurangnya pompa yang tersedia,” tutupnya.

Dengan berbagai langkah yang telah dilakukan, Pramono berharap bahwa permasalahan banjir di Jakarta dan sekitarnya dapat segera teratasi serta tidak menimbulkan dampak berkepanjangan bagi masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *