Anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Raphael Glucksmann, menuntut Amerika Serikat mengembalikan Patung Liberty karena menganggap kebijakan Presiden Donald Trump saat ini bertolak belakang dengan nilai-nilai yang diwakili oleh monumen ikonik tersebut.
Dalam sebuah konvensi yang diadakan oleh partainya, Place Publique, pada Minggu (16/3), Glucksmann secara terbuka mengkritik arah kebijakan Trump yang menurutnya bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia yang menjadi dasar pemberian Patung Liberty kepada AS.
Patung Liberty sendiri merupakan hadiah dari Prancis kepada Amerika Serikat pada tahun 1886 untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan AS. Patung setinggi 93 meter ini dirancang oleh pematung Prancis, Frédéric Auguste Bartholdi, dan strukturnya dibangun oleh insinyur terkenal Gustave Eiffel.
Sejak pertama kali didirikan di Pulau Liberty, New York, patung ini telah menjadi simbol kebebasan dan harapan, terutama bagi para imigran yang datang ke Amerika untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Namun, Glucksmann menilai bahwa kebijakan Trump dalam beberapa waktu terakhir justru mengkhianati semangat yang terkandung dalam monumen tersebut.
Dalam pidatonya, Glucksmann menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap berbagai kebijakan kontroversial yang diambil oleh pemerintahan Trump, termasuk sikapnya terhadap perang Rusia-Ukraina dan kebijakan dalam negeri yang dinilai menekan kebebasan akademik serta hak-hak imigran.
Ia menyoroti bagaimana pemerintahan Trump mengambil langkah-langkah yang dianggapnya sebagai bentuk kemunduran demokrasi, seperti pemecatan para peneliti yang menyuarakan kebebasan ilmiah dan penghentian dukungan terhadap kebijakan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (diversity, equity, and inclusion/DEI).
“Kami ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Amerika yang telah memilih untuk berpihak kepada tirani, kepada mereka yang menyingkirkan para ilmuwan hanya karena mereka menuntut kebebasan akademik: Kembalikan Patung Liberty,” ujar Glucksmann dengan nada tegas, sebagaimana dikutip oleh Russia Today.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa jika Amerika tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai yang diwakili oleh patung tersebut, maka sebaiknya monumen itu dikembalikan ke tanah kelahirannya di Prancis.
“Kami memberikan patung itu kepada kalian sebagai simbol kebebasan, tetapi tampaknya kalian sudah tidak lagi menghargainya. Jika begitu, lebih baik Patung Liberty kembali ke rumahnya,” lanjutnya.
Sejak menjabat kembali sebagai Presiden AS pada 20 Januari lalu, Trump memang telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang memicu kontroversi baik di dalam maupun luar negeri.
Di antara kebijakan yang mendapat banyak kritik adalah pemangkasan anggaran untuk berbagai lembaga pemerintah, penghentian bantuan luar negeri, serta kebijakan anti-imigrasi yang semakin diperketat.
Dalam 50 hari pertama pemerintahannya, lebih dari 32 ribu imigran ilegal telah ditangkap, dengan 75 persen di antaranya dituduh sebagai pelaku kejahatan.
Di sisi lain, pemerintahan Trump juga dinilai telah melakukan serangan terhadap institusi-institusi yang mempromosikan keberagaman dan inklusi.
Trump secara terang-terangan menghapus kebijakan yang selama ini bertujuan memastikan perlakuan adil bagi kelompok-kelompok yang secara historis kurang terwakili atau mengalami diskriminasi, termasuk minoritas rasial dan penyandang disabilitas.
Pernyataan Glucksmann ini pun semakin memperkeruh hubungan antara Prancis dan AS di bawah kepemimpinan Trump.
Sementara itu, dari pihak Gedung Putih sendiri belum ada tanggapan resmi terkait permintaan Prancis tersebut.
Namun, wacana pengembalian Patung Liberty yang selama ini menjadi ikon kebanggaan Amerika tentu menjadi sorotan global, terutama di tengah ketegangan diplomatik yang semakin meningkat.