Pria di China Mengalami Gangguan Usus Setelah Dipaksa Pacar Menjalani Simulasi Persalinan Selama 3 Jam

Seorang pria di Provinsi Henan, China, harus menjalani operasi darurat setelah mengalami nekrosis usus akibat menjalani simulasi rasa sakit persalinan selama tiga jam atas permintaan tunangannya. Kini, ia berencana menuntut mantan tunangannya terkait insiden tersebut.

Dilaporkan di media sosial China, wanita itu mengungkapkan di platform REDnote bahwa ide tersebut berasal dari ibu dan saudara perempuannya. Mereka menyarankan agar tunangannya merasakan simulasi melahirkan sebelum menikah, dengan tujuan agar lebih menghargai perjuangan istrinya kelak.

Mengutip Oddity Central, Kamis (27/2/2025), awalnya pria itu menolak, tetapi setelah terus didesak, ia akhirnya setuju. Simulasi berlangsung di fasilitas perawatan ibu dan anak milik saudara perempuan wanita tersebut. Dengan alat stimulasi listrik yang dirancang untuk meniru kontraksi persalinan, intensitas sengatan listrik dinaikkan secara bertahap selama 90 menit pertama, lalu ditingkatkan ke level tertinggi selama 90 menit berikutnya.

“Pacar saya mulai kesakitan di level 8 dan mulai mengumpat di level 10,” tulis wanita itu.

“Saat mencapai level 12, ia berkeringat, bernapas cepat, dan terlihat sangat kesakitan. Setelah sesi berakhir, tubuhnya benar-benar kelelahan dan perutnya terasa sekeras papan.”

Malam harinya, pria tersebut mengalami nyeri perut hebat dan muntah berulang kali. Meskipun kondisinya sempat membaik keesokan harinya, ia kemudian memburuk hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Dokter mendiagnosisnya dengan nekrosis usus, kondisi serius yang memerlukan operasi untuk mengangkat jaringan usus yang mati.

Mengetahui penyebab kondisi pria itu, keluarganya marah dan melarang mantan tunangannya datang ke rumah sakit. Pertunangan pun dibatalkan, dan pihak keluarga memperingatkan bahwa mereka akan menempuh jalur hukum.

Sementara itu, wanita tersebut membagikan pengalamannya di REDnote untuk meminta saran, tetapi justru mendapat banyak kritik. Akibatnya, ia menghapus unggahan tersebut dan menutup akunnya, meskipun tangkapan layar pengakuannya telah beredar luas di internet.

Pakar hukum China menyebutkan bahwa jika tuntutan diajukan, wanita itu bisa menghadapi hukuman hingga tiga tahun penjara serta diwajibkan membayar kompensasi kepada korban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *