Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan, yang disambut meriah oleh warga di Gaza dan Israel.
Di Gaza, banyak warga turun ke jalan, terutama di Deir al-Balah, merayakan momen bersejarah ini. Suasana serupa terlihat di Ibu Kota Israel, Tel Aviv, di mana harapan akan kembalinya sandera dirasakan oleh masyarakat.
Seorang pria di Gaza mengungkapkan rasa syok dan kebahagiaannya, sementara seorang perempuan di Tel Aviv berharap semua warga Israel yang disandera Hamas dapat kembali ke rumah.
Dalam kesepakatan awal gencatan senjata, 33 sandera akan dibebaskan.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengonfirmasi kesepakatan tersebut, yang mencakup penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan semua sandera oleh Hamas.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa gencatan senjata ini sangat penting untuk mengurangi penderitaan akibat konflik, dan PBB siap meningkatkan bantuan untuk Palestina.
Meskipun kesepakatan gencatan senjata berlaku mulai Minggu, 19 Januari, laporan terbaru dari badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas mencatat bahwa serangan udara Israel tetap terjadi dan menyebabkan lebih dari 20 orang tewas pada Rabu, 15 Januari.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus, menyambut positif gencatan senjata dan berharap semua pihak menghormatinya demi mencapai perdamaian yang langgeng.
Konflik ini dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyebabkan serangan balasan dari Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina.
Menurut data, 94 sandera masih ditahan oleh Hamas, dengan 34 orang di antaranya diduga telah tewas.
Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, sebelumnya juga menyatakan bahwa ada kemungkinan gencatan senjata dalam waktu dekat, setelah menerima proposal perdamaian pada Agustus 2024. AS telah berupaya menjembatani kesepakatan antara kedua belah pihak.