Zhenhao Zou, seorang pria asal China yang menempuh pendidikan doktoral di University College London (UCL), terungkap sebagai pemerkosa berantai dengan jumlah korban terbanyak dalam sejarah Inggris.
Zou ditangkap pada Januari 2024 di apartemen mewahnya yang terletak di lantai 39, dengan pemandangan kota London yang megah. Apartemen tersebut disewanya seharga lebih dari 4.000 poundsterling per bulan (sekitar Rp83 juta), mencerminkan gaya hidup mewah yang ia jalani di balik aksinya sebagai predator seksual.
Dilansir dari detiknews, pada Senin (10/03/2025)/ Saat melakukan penggeledahan, pihak kepolisian menemukan berbagai barang bukti mengerikan yang mengungkap modus operandi Zou dalam menjalankan aksinya. Di dalam apartemen, polisi menemukan kamera tersembunyi yang dipasang di kamar tidurnya, serta lemari yang dipenuhi dengan alkohol, ekstasi, dan bahan kimia industri yang jika dikonsumsi dapat berubah menjadi obat bius gamma-hydroxybutyrate (GHB).
Obat tersebut dikenal sebagai “date rape drug” karena efeknya yang mampu melumpuhkan korban dan membuat mereka kehilangan kesadaran. Zou bahkan memiliki pipet khusus yang digunakan untuk mengukur dosis cairan berbahaya tersebut sebelum diberikan kepada para korbannya.
Penyelidikan lebih lanjut menemukan 1.277 video yang tersimpan dalam perangkat elektronik Zou, termasuk rekaman yang menunjukkan dirinya sedang memperkosa perempuan dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Video-video ini direkam di berbagai lokasi, baik di Inggris maupun di China, mengindikasikan bahwa kejahatannya tidak hanya terjadi di satu negara. Berbekal bukti-bukti tersebut, pihak kepolisian berhasil menjerat Zou dengan dakwaan kejahatan seksual, termasuk pemerkosaan terhadap korban-korban yang bahkan tidak pernah melapor atau diidentifikasi sebelumnya.
Selama persidangan di Inner London Crown Court, juri harus menyaksikan rekaman sembilan pemerkosaan yang ditemukan dalam ponsel dan kamera Zou.
Dalam pembelaannya, pria berusia 28 tahun ini mengklaim bahwa ia memiliki kehidupan seksual aktif dengan lima perempuan berbeda setiap bulan. Ia juga mengaku sering mengonsumsi berbagai jenis narkoba, termasuk kokain, ketamin, ekstasi, serta “liquid E,” sebutan lain untuk GHB. Lebih jauh, Zou berusaha membela diri dengan menyatakan bahwa perempuan dalam videonya tidak benar-benar diperkosa, melainkan hanya berpura-pura demi memenuhi fantasi seksualnya, dengan imbalan uang dan hadiah.
Namun, fakta yang terungkap di persidangan membantah semua klaimnya. Para juri akhirnya memutuskan bahwa Zou memang seorang pemerkosa berantai yang secara sistematis membius, menyerang, dan merekam aksi kejinya terhadap perempuan-perempuan muda.
Zou dinyatakan bersalah atas 11 kasus pemerkosaan terhadap 10 perempuan dalam periode 2019 hingga 2024. Dari jumlah tersebut, hanya dua korban yang berhasil diidentifikasi, sementara delapan lainnya hingga kini masih belum ditemukan.
Aparat kepolisian meyakini jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak. Berdasarkan pola kejahatannya dan bukti yang ditemukan, para penyelidik menduga Zou telah memperkosa setidaknya 50 perempuan lainnya.
“Pria ini mungkin adalah salah satu predator seksual dengan jumlah korban terbanyak di negara ini,” ujar Komandan Kevin Southworth dari Kepolisian Metropolitan London kepada BBC.
Kasus ini menjadi pengingat mengerikan tentang bagaimana pelaku kejahatan seksual bisa bersembunyi di balik citra sosial yang tampak terhormat. Zou, seorang mahasiswa doktoral dengan kehidupan glamor di ibu kota Inggris, ternyata memiliki sisi gelap yang telah menghancurkan begitu banyak nyawa. Kini, dengan vonis bersalah yang telah dijatuhkan, Zou akan menghadapi hukuman berat atas perbuatannya yang keji.